Tingkatkan Produktivitas Cabai Merah, BI Sibolga Inisiasi Reflikasi Model Bisnis Klaster Pangan dengan Teknologi Decomposer MA-11

SW25
0


Kab. Nias - Bank Indonesia Sibolga bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Nias, melakukan penanaman perdana bibit cabai dengan penerapan budidaya organik dari decomposer Microba Alfaafa (MA-11), bersama kelompok tani (Poktan) Hasara Dodo, di Desa Somi, Kec.Gido, Kab. Nias, pada Jum'at (12/5/2023).

Penanaman bibit cabai perdana ini, BI Sibolga menginisiasi Replikasi Model Bisnis Pengembangan Klaster Pangan yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan produktivitas hasil pertanian khususnya cabai.

Dipilihnya teknologi decomposer MA-11 pada Replikasi Model Bisnis ini karena memiliki keunggulan dalam hal menekan biaya produksi serendah mungkin hingga 70 persen dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian hingga 100 persen.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sibolga, yang diwakili oleh Muhammad Fajar Andrianto mengatakan, implementasi budidaya pertanian cabai merah organik menggunakan MA-11 diharapkan menjadi role model bagi kelompok tani lainnya yang ada di Kabupaten Nias.

Teknologi MA-11 pada sejumlah penerapannya di daerah lain, dinilai berhasil meningkatkan produktivitas cabai merah sehingga dapat memperkuat penyediaan pasokan komoditas. Hal yang sama pun diharapkan berlaku di Kab.Nias.

"Setelah implementasi demplot cabai merah di Poktan Hasaradodo, selanjutnya akan dilakkukan penguatan kelembagaan, sehingga mindset anggota Poktan tidak hanya bertani, melainkan mampu memiliki aspek kewirausahaan meningkatkan kesejahteraan petani ke depan,” katanya.

BI Sibolga sendiri, lanjut Fajar, akan terus memberikan dukungan untuk berbagai kegiatan ekonomi yang berdampak langsung terhadap inflasi dan meningkatkan ketahanan pangan khususnya di Nias.

"Kegiatan ini menjadi simbol dukungan BI Sibolga menahan laju inflasi, serta meningkatkan ketahanan pangan di Nias. Sekaligus memperkuat sinergi menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional," ungkapnya.

Muhammad Fajar Andrianto menjelaskan, sejak 2006, Bank Indonesia telah melaksanakan program klaster UMKM produsen komoditas unggulan daerah, maupun komoditas ekspor, bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun dinas terkait lainnya.

Program ini bertujuan mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk.

“Kemudian sejak 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi volatile food,” katanya.

Sebagaimana tindaklanjut arahan Presiden dakam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, serta sinergi High Level Rakorpusda dan GNPIP 2022, BI Sibolga bersama TPID aktif bersinergi melakukan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Program GNPIP 2023, memiliki 7 (tujuh) program unggulan, di antaranya dukungan memperkuat ketahanan komoditas hortikultura dan pangan strategis lainnya melalui Implementasi Best Practices Pengembangan Klaster Pangan dari hulu ke hilir.

“Implementasi dimaksud diharapkan menghasilkan stabilitas harga dan ketahanan pangan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Dijelaskan, GNPIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)