Penceramah Ustadz KH. Abdul Somad diabadikan bersama Ketua Umum PP Perti Buya H.M. Syarfi Hutauruk disela kegiatan Suluk Akbar di Surau Suluk Pesantren Darussala, Rokan Hulu, Riau. |
Suluk Akbar dibawah bimbingan Mursyid Abuya Syaikh Alaidin Athari Al 'Aidarus Abdul Ghani Al Kampari tersebut berlansung pada tanggal 4-6 April 2024, bertepatan dengan 24-26 Ramadhan 1445 Hijriyah.
Turut hadir sebagai jamaah sekaligus memberikan tausyiah khususnya terkait persulukan dan tharikat Nakshabandiyah, ulama kenamaan tanah air, Al Ustadz Prof. Dr. KH. Abdul Somad, Lc, MA.
Dalam uraian-uraian tausyiahnya, Ustadz yang kerap disapa UAS ini menjelaskan bahwa Suluk merupakan cara paling efektif untuk menanamkan akhlakq-akhlaq yang dicintai oleh Allah SWT.
UAS mengatakan dalam perjalanannya menberikan ceramah ke berbagai daerah di Indonesia maupun ke luar negeri, dirinya kerap menemukan sejumlah tokoh yang menceritakan kehebatan masa lalunya. Namun suasana yang berbeda ia rasakan saat mengisi ceramah di Rokan Hulu.
UAN menceritakan, orang-orang tua, baik tokoh maupun warga biasa terlihat lebih banyak berdzikir mengingat Allah, ketimbang menceritakan kejayaan masa lalunya.
"Orangtua di Rokan Hulu, mereka tidak terlalu tertarik bercerita, mereka sibuk dengan tasbihnya, Dan saya pun ingin, dihari tua saya nanti, saya tidak terlalu sibuk bercerita tapi saya sibuk memperhatikan qalbu (hati) saya," jelas UAS mendasari alasannya bersuluk.
Jamaah Suluk Akbar diabadikan bersama Ustadz KH. Abdul Somad dan Ketua Umum PP Perti Buya H.M. Syarfi Hutauruk |
UAS juga menerangkan, bersuluk bukan tentang orang lain, tetapi tentang diri sendiri dengan Allah sang khaliq.
Sementara itu, Ketua Umum PP Perti, Buya H.M. Syarfi Hutauruk mengatakan dirinya mendapatkan ketenangan qalbu selama mengikuti Suluk Akbar.
Walikota Sibolga pada tahun 2010-2021 ini mengaku, selama tiga hari menyibukkan diri mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui dzikir dan sholat malam serta tausyiah yang diberikan oleh ulama-ulama ternama, dirinya mendapatkan pencerahan tentang hakikat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Menurut Buya Syarfi. Mengejar kejayaan di dunia akan melahirkan rasa was-was dan khawatir yang tidak berkesudahan.
Akan tetapi, menyibukkan diri dengan senantiasa mengingat Allah melalui dzikir dan qiyamul lail akan melahirkan ketenangan jiwa dan memperkuat rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT.
"Ujungnya memang kembali kepada rasa syukur. Rasa syukur akan nikmat Allah itu akan melahirkan rasa rendah hati, menghilangkan sifat iri dan dengki. Membuang jauh-jauh sifat sombong dan congkak serta dzolim terhadap orang lain," ujar Buya Syarfi.
Bersyukur lanjut Buya, artinya mengatasnamakan apa pun kenikmatan yang didapatkan didunia semata-mata bersumber dari sang pemberi nikmat yaitu Allah.
"Maka, itu semua milik Allah. Kita hanya tempat penitipan saja. Jadi, jika satu persatu nikmat itu mulai ditarik oleh pemilik-Nya. Mulai dari harta, jabatan, kesehatan, dan lain sebagainya, kita jalani fase itu dengan memperbanyak dzikir dan sholat dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT," pungkas Buya Syarfi.