Ribuan Jamaah Berpakaian Mirip Sinterklas dan Bernyanyi di Masjid Istiqlal, PP PERTI : Kita Sesalkan Karena Kurang Elok

SW25
0
Jamaah Manaqib di Masjid Istiqlal Jakarta

JAKARTA - Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) menyesalkan sikap dan cara berpakaian ribuan jamaah manaqib di Masjid Istiqlal Jakarta, yang berpakaian mirip Sinterklas dan bernyanyi.


Pemandangan tersebut dinilai tak lazim karena berpotensi menimbulkan menafsiran yang berbeda dari ummat Islam.


Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum PP Perti, Buya H.M. Syarfi Hutauruk di Jakarta, Senin (02/09/2024), menyusul viralnya video kegiatan Manaqib Internasional di Masjid Istiqlal Jakarta, pada Sabtu lalu (31/8/2024).


"Perti tentu tidak mempermasalahkan pakaian dan nyanyian yang dilantunkan, tetapi karena itu dilaksanakan di masjid Istiqlal, maka hal itu kami anggap kurang elok," katanya.


Masjid khususnya Masjid Istiqlal, lanjut Buya Syarfi, adalah rumah ibadah Umat Islam yang peruntukannya bagi syiar agama Islam dan diisi dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an dan dzikir mengingat Allah.


Ketua Umum PP PERTI Buya H.M. Syarfi Hutauruk bersama pengurus pada suatu kegiatan di Jakarta

Sejatinya, setiap aktivitas di lingkungan masjid khususnya di dalam mesjid haruslah mencerminkan nilai-nilai Islam yang umum dan lazim dilakukan khususnya masalah berpakaian.


"Tapi dengan kostum (menyerupai sinterklas) dan nyanyian seperti itu , hal ini tentu telah memunculkan sakwa sangka dari ummat karena bisa saja dipandang sebagai kegiatan yang merusak wibawa masjid Istiqlal sebagai sebuah rumah ibadah kebanggaan umat Islam di Indonesia," ucap Buya Syarfi.


Masih kata Buya Syarfi, sejak video kegiatan manaqib internasional tersebut viral di media sosial, PP Perti banyak menerima aduan dan keluhan warganya yang mempertanyakan perihal pakaian disertai nyanyian di Masjid Istiqlal tersebut.


Beruntung, lanjut Buya Syarfi, pihaknya segera melakukan konfirmasi dan mempertanyakan perihal kegiatan tersebut kepada pihak terkait dan bersyukur kegiatan tersebut secara umum tidak melenceng dari aqidah ahlul sunnah wal jamaah.


"Tapi meskipun demikian, Badan Pengelola Masjid Istiqlal harus menjadikannya pelajaran berharga bahwa segala aktivitas di masjid Istiqlal harus memperhatikan bentuk dan isi kegiatan yang dilaksanakan agar tidak terjadi penafsiran macam-macam ditengah-tengah ummat," ujarnya.


Buya Syarfi mengatakan pihaknya memaklumi kostum yang dikenakan oleh jamaah Manaqib tersebut disesuaikan dengan tema manaqib yang mengusung nilai nasionalisme. 


Akan tetapi, takaran nasionalisme seseorang tidak diukur dari seragam yang ia pakai melainkan melalui sikap dan pola pikir yang berwawasan Pancasila dan ke-Indonesiaan.


"Tentu andai seluruh pengelola dan jamaah manaqib di masjid Istiqlal itu menggunakan pakaian yang elegan, maka rasa nasionalismenya bisa lebih tinggi lagi karena mencerminkan kekayaan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang beragama dan menjunjung Bineka Tunggal Ika," bebernya.


Secara spesifik Buya Syarfi menjelaskan Tariqat merupakan sesuatu yang sakral dan serius karena menghubungkan makluk dengan sang khaliq. Amalannya diisi dengan dzikir memuji Allah, beristighfar dan membaca Al Qur'an.


"Memadukan amalan tariqat dengan lagu-lagu termasuk lagu-lagu nasional rasanya kurang tepat. Tidak tepat baik dari aspek waktu maupun tempat," jelas Buya Syarfi.


"Kita tidak ingin, kegiatan seperti ini terjadi lagi di masa yang akan datang," pungkas Buya Syarfi.

Sementara itu, saat dikonfirmasi unsur Badan Pengelola Masjid Istiqlal, Bukhori menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bernama Manaqib Tarikat Qadariyah Naqsyabandiyah Suryalaya Sinarasa.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Sabtu (31/8), dimulai sebelum Subuh dan diisi dengan dzikir, Sholat Fardhu dan sunnah serta baca Al Qur'an, ceramah dan Talqin.

"Temanya adalah nasionalisme, maka mereka menggunakan pakaian merah putih dan disisipi menyanyikan lagi nasional," kata Bukhori.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)