Mantan Caleg Golkar Kota Sibolga Aminia Gulo (kiri) dan Rebecca (kanan) |
Pasalnya, sejumlah kader Partai Golkar Kota Sibolga, melontarkan kekecewaannya atas sikap calon Walikota Sibolga, Robinsar terhadap Golkar yang dinilai abai dan tidak melibatkan institusi partai dalam menjalankan aktivitas politiknya terkait Pilkada di Sibolga.
Sejumlah kader, simpatisan khususnya di kelurahan mengemukakan unek-uneknya akan sikap Robinsar yang 'pandang enteng' dengan Golkar/
Rebecca, mantan calon anggota legislatif untuk DPRD Kota Sibolga pada Pileg 2024 lalu, turut bersuara.
Rebecca mengamini, apa yang disuarakan oleh para kader termasuk yang dikemukakan oleh dua pengurus Partai Golkar kelurahan yaitu Khairani Silalahi dan Syahril Tanjung, pada Jumat (25/10/2024) lalu.
Rebecca mengatakan, sejak menyatakan diri maju dalam kontestasi Pilkada Sibolga, Robinsar memang jarang berkomunikasi dengan deretan pengurus partai Golkar, termasuk calon-calon anggota legislatif usungan Partai Golkar.
Robinsar dinilai hanya peduli terhadap pencalonan dirinya sebagai calon Walikota Sibolga dan bukan peduli terhadap Partai Golkar yang saat itu sedang berjuang untuk memenangi pemilu legislatif.
"Kalau saya melihat, beliau hanya nebeng di Golkar. Begitu diberi tumpangan, langsung ngelunjak dan merasa diatas angin," kata Rebecca keras.
Ia pun mempertanyakan militansi Robinsar terhadap Golkar. Hal ini karena, kepada kader kerap disampaikan jika Robinsar merupakan kader Golkar di pusat dan sudah banyak melanglang buana di kancah perpolitikan pusat.
"Tapi kok kenyataanya berbeda dengan apa yang kami rasakan di Sibolga. Kayak bukan kader," cetusnya
Masih kata Rebecca, sejatinya sebelum dan sesudah ditetapkan oleh KPU sebagai calon Walikota Sibolga berpasangan dengan Mukhlish Suhada, Robinsar intens membangun kekuatan politiknya dengan Golkar, bukan dengan yang lain.
Robinsar tidak perlu menunggu di undang atau digerakkan baru berkomunikasi dengan Golkar, karena ibarat sebuah keluarga, Robinsar adalah bagian dari keluarga Golkar itu sendiri.
"Kenyataannya kan tidak demikian. Begitu ditetapkan KPU, Robinsar jalan sendiri dengan mengajak beberapa kader dan pengurus yang sejalan dengannya saja. Bukan dengan menggerakkan institusi partai dan jaringannya," ujarnya.
Atas sikap Robinsar tersebut, Rebecca pun mendukung tuntutan para kader agar DPP Partai Golkar melalui DPD Golkar Kota Sibolga, mengevaluasi dukungan terhadap Robinsar dan Mukhlilsh Suhada.
Evaluasi tersebut mutlak dilakukan karena menyangkut nama besar Golkar sebagai partai pemenang kedua di pileg 2024 di Sibolga.
"Marwah Golkar di pertaruhkan disini. Suara Golkar di Pileg 2024 lalu sangat signifikan dengan 4 kursi. Jika suara Robinsar pada pilkada nanti dibawah dari suara yang diraih Golkar di pileg, maka artinya, Robinsar sudah memecah suara Golkar atas sikapnya," tegasnya.
Senada dengan Rebecca, mantan caleg Golkar lainnya, Aminia Gulo juga mengemukakan hal yang sama.
Ia menambahkan, Golkar butuht tiga kali pemilu untuk menaikkan torehan suara Golkar dari tiga menjadi 4 kursi. Dan capaian itu berpotensi buyar akibat sikap seorang calon Walikota Sibolga bernama Robinsar Sinaga, yang notabenenya sebenarnya tidak diharapkan oleh kader menjadi calon karena tidak dikenal oleh warga Sibolga.
"Tapi meskipun demikian, kita tetap taat azas dan patuh terhadap keptusan DPP Golkar. Namun, jika caranya seperti ini, ini menjadi bumerang dan langkah bunuh diri Golkar di Sibolga, karena akan ditinggalkan oleh pemilihnya," pungkasnya.