Ketum PP PERTI (kedua dari kiri) Buya Dr. H.M. Syarfi Hutauruk, MM bersama rombongan diabadikan di depan rumah penyimpanan artefak peradaban kuno di Barus, Kab. Tapanuli Tengah |
BARUS, TAPTENG - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP PERTI), Buya Dr. H.M. Syarfi Hutauruk, MM meninjau rumah penyimpanan artefak hasil penggalian di sejumlah lokasi yang menjadi situs bersejarah di Barus, Kab. Tapanuli Tengah, pada Kamis (20/12/2024).
Didampingi Wakil Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Thawalib Darur Rachmad, H. Jamaluddin Tanjung, Sekretaris MD KAHMI Sufriansyah Pasaribu dan Kuncen Rumah Penyimpanan Artefak Ustadz Rahim, Buya Syarfi melihat langsung sejumlah artefak bersejarah dari Situs Barus yang secara umum berupa pecahan tembikar mau pun yang sudah berhasil direkontruksi ulang.
Kepada limakabar.com, Buya Syarfi menjelaskan bahwa sejumlah artefak hasil galian di Situs Lobu Tou ini dilakukan oleh tim gabungan dari Ecole Francaises D'extrems-Orient (EFEO) Francis, bekerjasama dengan peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) pada tahun 1995-2000.
Temuan artefak tersebut membuktikan keberadaan peradaban kuno di Barus yang dulunya merupakan bandar niaga internasional yang terkenal di seluruh dunia. Temuan arkeologis di Lobu Tuo rata-rata berkisar dari abad ke-9 atau ke-10.
"Namun meskipun demikian, Kota Barus diperkirakan sudah dikenal sejak awal abad Masehi," katanya seraya merujuk pada Kitab Geographia karya Claudius Ptolomeus yang menunjukkan Kota Barousai atau Barus sudah tercantum pada peta abad ke-2 masehi.
"Barus di awal-awal abad masehi tersebut masih menjadi kota multy etnis hingga masuknya Islam pada abad ke-7 masehi," ungkapnya.
Buya Syarfi menerangkan, makam tua di komplek Mahligai ada nisan tertulis Syeikh Rukunuddin wafat pada 672 Masehi atau tahun 48 Hijriyah. Keberadaan makam ini menguatkan asal-usul Barus sebagai bandar tua yang telah dihuni oleh komunitas Muslim era itu.
"Bahkan bukan hanya Islam, Agama Kristen pun diyakini sudah ada di Barus sejak tahun 645 Masehi. Ini berdasarkan buku kuno tulisan Syaikh Abu Salih Al Armini," bebernya.
Temuan-temuan bersejarah tersebut, lanjut Buya Syarfi harus menjadi perhatian sejarawan, dunia perguruan tinggi khususnya pemerintah pusat.
Pasalnya, saat ini di Kab. Tapanuli Tengah, telah ditemukan dua situs sejarah penting yang mengungkap keberadaan peradaban kuno dunia internasional yakni di Situs Lobu Tuu Barus dan Situs Bongal Sijago-jago.
Kedua situs tersebut menyisakan teka-teki peradaban kuno dulunya khususnya peradaban Islam yang masuk ke Nusantara (Indonesia-red).
"Kita tentu berharap temuan-temuan artefak baik di Barus maupun di Bongal harus ada kesimpulannya. Mana lebih dahulu Barus atau Bongal atau kemungkinan keduanya sezaman ata semasa," ujar Buya Syarfi.
Terkhusus kepada pemerintah, lanjut Buya Syarfi. Artefak-artefak hasil penggalian di Lobu Tuo Barus hanya disimpan pada sebuah rumah sederhana dan minim informasi didalamnya.
Padahal, rumah tersebut berisi fakta dan bukti sejarah yang amat penting bagi peradaban di Indonesia. Artefak tersebut pottensial rusak atau hilang akibat bencana alam atau peristiwa bencana lainnya seperti kebakaran.
PERTI berharap pemerintah pusat dapat membangun museum yang futuristik yang dijadikan tempat menyimpan dan memajangkan artefak-artefak bersejarah tersebut agar semakin dikenali masyarakat dan masyarakat semakin tahu sejarah peradabannya sendiri.
"Terus terang saya merasa miris dengan rumah penyimpanan artefak tersebut. Jauh berbeda dengan museum Bongal yang lebiih elegan. Kita tentu berharap segera ada perhatian pemerintah terhadap peninggalan-peninggalan sejarah ini. Baik itu dengan membangun museum yang futuristik atau dengan melanjutkan pembangunan museum yang sudah ada yang saat ini terhenti pembangunannya," pungkasnya.
Selain berkunjung ke rumah penyimpanan artefak, Buya Syarfi dan rombongan juga mengunjungi tugu titik nol masuknya Islam ke Nusantara.
Selengkapnya terkait video kunjungan Buya Syarfi Hutauruk di Rumah Penyimpanan Artefak Peradaban Kuno Barus dapat ditonton di sini :