Kegiatan bertemakan Masa Depan Produksi Perikanan dan Industri Pengolahan Ikan di Pantai Barat Sumatera Utara itu dibuka oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, Rudi B Hutabarat.
Dalam sambutannya, Rudi B Hutabarat mengatakan pelaksanaan kegiatan Regional Economic Forum tersebut merupakan bentuk sinergitas BI dengan Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung salah satu program Asta Cita Presiden Prabowo, yakni mengembangkan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi daerah dan pengembangan ekonomi biru.
Sementara itu, Walikota Sibolga, Jamaluddin Pohan mengapresiasi pelaksanaan Regional Economic Forum tesebut dan berharap dapat menghasilkan solusi atas permasalahan ang ditemukan di sektor perikanan khususnya di Kota Sibolga.
Jamal mengatakan, permasalahan industri perikanan Sibolga masih berputar pada sektor alat tangkap perikanan belum menjalar kesektor-sektor lainnya seperti pengolahan ikan menjadi produk UMKM.
Padahal, lanjutnya. Sibolga yang terkenal dengan kota ikan tersebut memiliki potensi besar untuk menjalankan usaha pengolahan ikan dalam bentuk selain perikanan tangkap.
Forum kajian ekonomi ini dimoderatori oleh Kepala KPw BI Sibolga, Riza Putera dan menghadirkan narasumber yaitu; Deputi KPw BI, Iman Gunadi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univ. Diponegoro Semarang, Prof. Dr. Dian Wijayanto, dan Kepala Kantor Wilayah Dirjend Perbendaharaan Provsu, Indra Suparjanto.
Sejumlah hal menarik diungkap pada diskusi yang dihadiri oleh Forkopimda dan berbagai OPD Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah tersebut, diantaranya; pemintaan iakn di pasar internasional di proyeksikan akan terus tumbuh hingga tahun 2030.
Indonesia sebagai salah satu produsen ikan terbesar di dunia memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui ekspor ikan yang unggul dengan negara tujuan Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang dan sejumlah negara-negara di Eropa.
Selain itu, pada tahun 2023, hasil produksi ikan di Sumut menyumbat 20 persen dari keseluruhan produksi ikan di Pulau Sumatera.
Meskipun neraca perikanannya surplus, namun mengalami tren penurunsan sejak tahun 2019. Oleh karena itu diperlukan pelaksanaan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Menurut Prof. Dian Wijayanto, pengendalian melalui regulasi dalam aktivitas penangkapan ikan sangat dibutuhkan untuk mendukung keberlanjutan produksi sektor perikanan di wilayah Pantai Barat Sumut.
Hal ini guna menjaga ketersediaan pasokan ikan yang berkualitas di laut Indonesia khususnya di Pantai Barat Sumatera Utara.
Dikatakan untuk mewujudkan hal tersebut, peran pemerintah menjadi penting menjaga ketersediaan tersebut.
Bank Indonesia sendiri terus berkomitmen mendukung pertumbuhan sektor perikanan di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengnah melalui berbagai kolaborasi dan sinergi baik dalam hal kualitas produksi perikanan tangkap, pengembangan inklusi keuangan nelayan dan UMKM serta mendorong pengembangan industri pengolahan ikan tangkap yang lebih baik.